Senin, 20 Februari 2012

Tradisi “Asyroqol” Warga Gepuro

Penampilan Lomba "Asyroqol" Kelompok Putra
Kelompok Ibu-Ibu Saat Melantunkan Irama Asyroqol
Hari Sabtu (18/02) kemarin saya bersama kawan-kawan semasa KKN berkunjung ke dusun Gepuro, Rogojampi, Banyuwangi, daerah yang mana pernah menjadi saksi bisu kegiatan KKN STAIDA yang kami lakukan beberapa bulan yang lalu. Kunjungan kami ke sana tiada lain untuk memenuhi undangan warga pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.


Sore itu setelah mengerjakan sholat ashar berjama’ah kami langsung menuju lokasi dari Blokagung. Hitamnya langit pun karena mendung tidak menyurutkan langkah kami ke sana.
Setelah satu jam mengendarai sepeda motor, akhirnya sampai juga ke lokasi dengan baju sedikit basah akibat gerimis di tengah jalan. Dan kami langsung menuju rumah bapak Agus pas depan rumah kontrakan kami sewaktu KKN.
Sepeda motor kami parkir di depan rumah bapak Agus di dekat pos jaga. Melihat kedatangan kami para warga yang lagi duduk di pos jaga, depan rumah, maupun di jalan menyapa kami dengan bahasa asli Banyuwangi atau biasa dikenal bahasa Oesing “Kelendi kabare, Lek?” (Bagaimana kabarnya, Mas?).  “Bek, kari lawas lek…” (Lama tidak ketemu).
Memang saat itu para warga baik bapak-bapak dan ibu-ibu serta remaja terlihat sibuk mempersiapkan untuk tampil dalam perlombaan membaca sholawat Nabi pada malamnya, mereka menyebutnya sich dengan sebutan  “Asyroqol”. Adapun kitab sholawat yang mereka gunakan adalah kitab Barzanji karangan Imam Ja’far Al Barzanji Al Madani yang wafat di Madinah pada tahun 1177 H/1763 M dan diantara isinya itu adalah kisah maulid Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian bincang-bincang kami lanjutkan di rumah bapak Agus yang tiada lain adalah ketua RT setempat sambil menikmati jamuan teh hangat dan jajanan.
“Tradisi Asyroqol sudah berjalan empat tahun ini, Mas”, kata pak Agus mengawali obrolan. Cerita beliau kemudian, awalnya warga di sini tidak bisa membaca arab khususnya Al-Qur’an. Akhirnya untuk melatih warga setiap bulan maulid diadakan lomba baca sholawat pada kitab Barzanji. Waktu latihannya pun dilakukan mulai satu bulan sebelum lomba. “Jadinya sampai sekarang warga sudah terbiasa dan bisa membaca arab”, imbuh beliau.
Di lain tempat pada pembukaan lomba Asyroqol, bapak Budi selaku tokoh Agama menyampaikan dalam sambutannya bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk untuk membumikan sholawat Nabi dan wujud kecintaan kepada Nabi Shollollahu ‘alaihi wa sallam yang harus dipertahankan sampai hari kiamat. (azzam.kpi08)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar